Jumat, 01 April 2011
Minggu, 30 Januari 2011
Kesetimbangan Benda Tegar
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
A. Pengertian
Benda yang sedang bergerak tidak mungkin dapat berhenti dengan tiba- tiba tanpa penyebab. Penyebab gerak benda disebut gaya. Sebuah benda bisa bergerak lurus jika gaya yang dikerjakan pada benda itu lebih besar daripada gaya hambat (gaya gesekan). Selisih antara gaya yang dikerjakan pada benda dengan gaya gesekan disebut gaya total. Jadi yang membuat benda bisa bergerak lurus adalah gaya total. Selain melakukan gerak lurus, benda juga bisa melakukan gerak rotasi. Benda yang melakukan gerak rotasi disebabkan oleh adanya Torsi. Jika torsi yang dikerjakan pada benda yang diam lebih besar dari torsi yang menghambat, maka benda akan berputar alias berotasi. Dalam hal ini, selisih antara torsi yang dikerjakan pada benda dengan torsi yang menghambat disebut torsi total. Jadi sebenarnya yang membuat benda berotasi adalah torsi total. Torsi = gaya x lengan gaya. Ketika kita memberikan torsi pada sebuah benda, sebenarnya kita memberikan gaya pada benda itu, tapi gaya itu dikalikan juga dengan panjang lengan gaya. Torsi yang menghambat disebabkan oleh adanya gaya gesekan. Lebih tepatnya torsi yang menghambat = hasil kali gaya gesekan denga panjang lengan gaya.
B. Syarat
Untuk kesetimbangan benda tegar, hanya ada dua rumus yang dibutuhkan, yaitu:
· ∑ F = 0
∑ Fx = 0
∑ Fy = 0
· ∑ τ = 0
Syarat benda tegar:
1. Ukuran benda dianggap sebuah titik.
2. Vektor gaya W = m.g
3. Jika benda memanjang dianggap garis lurus.
C. APLIKASI
Sabtu, 29 Januari 2011
Laporan Praktikum
LAPORAN PRAKTIKUM
Kesetimbangan Benda Tegar
A. Tujuan
Mengetahui Syarat Kesetimbangan Benda Tegar.
B. Alat dan Bahan
Alat:
· Katrol
· 1 Beban Gantung 55 gr
· 2 Beban Gantung 50 gr
· Penggaris 30cm
Bahan:
· Benang
· Kertas Milimeter Blok
C. Teori
· Benda Diam:
· ∑ F = 0
∑ Fx = 0
∑ Fy = 0
· ∑ τ = 0
· Aturan Cross dan Dot
· τ = F x R
· τ = F.R sin α
D. Data
Gambar 1.1 Skala 1 cm = 0,1 N
Gambar 1.2 Uraikan Vektor T1 dan T2 ke Sumbu X dan Sumbu Y
E. ANALISA DATA
Berdasarkan Gambar 1.2
F (N) | ∑ Fx (N) | ∑ Fy (N) |
F1 | Tx1 = -0,35 | Ty1 = -0,42 |
F2 | Tx2 = 0,38 | Ty2 = 0,37 |
F3 |
| W0 = 0,2 |
F4 |
| WB = 0,55 |
∑ | ∑ Fx = 0,73 | ∑ Fy = 1,34 |
Jika A dianggap poros diam:
No. | F (N) | R (cm) | τ = F x R (N.m) |
F1 | Ty1 = -0,42 | R1 = 29,5 | τ1 = -0,42 x 29,5 = -12,39 |
F2 | Tx1 = -0,35 | R2 = 7,8 | τ2 = -0,35 x 7,8 = -2,73 |
F3 | WB = 0,55 | R3 = 19 | τ3 = 0,55 x 19 = 10,45 |
F4 | W0 = 0,2 | R4 = 14 | τ4 = 0,2 x 14 = 2,8 |
F5 | Ty2 = 0,37 | R5 = 0 | τ5 = 0,37 x 0 = 0 |
F6 | Tx2 = 0,38 | R6 = 0 | τ6 = 0,38 x 0 = 0 |
|
| ∑ τ | -1,87 |
F. KESIMPULAN
Nilai τ pada poros diam adalah 0 karena jari-jarinya adalah 0. Gaya yang bekerja pada poros diam adalah 0 atau tidak ada gaya yang bekerja.